Sabtu, 31 Juli 2010 |
0
komentar
Kamis, 25 pebruari 2010.
Hari ini saya berencana pulang ke rumah bapak dan ibu saya. Ini mungkin adalah salah satu kepulangan saya yang terencana, karena biasanya saya pulang tanpa sebuah rencana. Tapi kepulangan hari ini sudah terencana sejak awal bulan pebruari. Kepulangan yang kurencanakan karena janji saya pada kawan-kawan saya nun jauh di mato, yang juga merencanakan untuk pulang weekend ini. Ya, saya telah sepakat dengan pak tonx dan pak gun untuk berkumpul di kota jepara. Meskipun semalam mendapat kabar dari pak tonx bahwa pak gun tak jadi pulang karena ada sesuatu hal yang tak bisa di tinggal. Sesuatu tentang kebaikan hati mungkin.
Seperti biasa, saya memesan tiket travel untuk kepulanganku hari ini. Saya memesan untuk jam 6 sore. Sekitar pukul 16.00 wib saya berangkat dari kosan saya. Saya sengaja berangkat lebih awal karena ingin mengunjungi toko buku lebih dulu. 16.20 wib saya telah menginjakkan kaki di toko buku yang cukup terkenal. Berkeliling mencari buku-buku yang sekiranya menarik. Finally, saya menemukan buku yang sangat menarik, judulnya “melihat Tuhan” . Saya sempat membaca isi buku itu sekilas dan saya tertarik dengan pemikiran si penulis. Kapan-kapan saya akan menceritakan isi buku itu.
Hari ini saya berencana pulang ke rumah bapak dan ibu saya. Ini mungkin adalah salah satu kepulangan saya yang terencana, karena biasanya saya pulang tanpa sebuah rencana. Tapi kepulangan hari ini sudah terencana sejak awal bulan pebruari. Kepulangan yang kurencanakan karena janji saya pada kawan-kawan saya nun jauh di mato, yang juga merencanakan untuk pulang weekend ini. Ya, saya telah sepakat dengan pak tonx dan pak gun untuk berkumpul di kota jepara. Meskipun semalam mendapat kabar dari pak tonx bahwa pak gun tak jadi pulang karena ada sesuatu hal yang tak bisa di tinggal. Sesuatu tentang kebaikan hati mungkin.
Seperti biasa, saya memesan tiket travel untuk kepulanganku hari ini. Saya memesan untuk jam 6 sore. Sekitar pukul 16.00 wib saya berangkat dari kosan saya. Saya sengaja berangkat lebih awal karena ingin mengunjungi toko buku lebih dulu. 16.20 wib saya telah menginjakkan kaki di toko buku yang cukup terkenal. Berkeliling mencari buku-buku yang sekiranya menarik. Finally, saya menemukan buku yang sangat menarik, judulnya “melihat Tuhan” . Saya sempat membaca isi buku itu sekilas dan saya tertarik dengan pemikiran si penulis. Kapan-kapan saya akan menceritakan isi buku itu.
17.20 wib. Saya mendapat sms dari travel untuk segera bersiap di kantornya. Awalnya saya ingin naik taksi menuju kantor travel tapi niat itu saya urungkan setelah melihat seorang bapak yang mungkin seumuran dengan bapak saya di atas kendaraan mewahnya, becak. Saya memutuskan untuk naik becak menuju kantor travel itu. Entah sudah berapa lama saya sudah melupakan jenis kendaraan yang satu ini. Saya begitu gembira. Tak kusangka kendaraan ini begitu nyamannya, angin sepoi2 mendera langsung di wajah saya. Bunyi bel dari becak ini, membuat pikiran saya melayang ke masa kecil saya. Masa dimana saya masih berseragam merah putih. Masa dimana saya sangat sering sekali menggunakan kendaraan jenis ini. Saya juga masih ingat becak mini.
Becak, engkau adalah jenis kendaraan yang ramah lingkungan. Jenis kendaraan umum yang tidak menyebabkan lubang di atmosfer. Meskipun sering pula aku menghujatmu, kala aku sedang berkendara dengan motor bututku, karena engkau seperti penguasa jalan. Jalanmu begitu lambat, di tengah jalan pula,seperti tak punya dosa, dan seperti hanya ada engkau di jalan itu. Ternyata saya menghujatmu hanya karena saya sedang naik motor dan sedang terburu-buru karena urusan saya. Ya, tanpa saya sadari ternyata saya adalah orang yang sangat egois. Mentang-mentang saya naik motor maka saya pikir saya boleh seenaknya membunyikan klakson ketika kau sedang berusaha secepat mungkin untuk melaju, wahai becak. Mentang-mentang saya sedang terburu-buru, saya boleh menggurutu karena lambatnya jalanmu seolah-olah urusan saya itu lebih penting dari urusan siapapun. Seolah-olah hanya saya yang sedang terburu-buru dan hanya saya yang sedang punya urusan.
Tapi ketika saya berada di atasmu, di atas kendaraan yang disebut becak, saya menggerutu kepada siapapun yang menghalangi jalanmu, wahai becak. Saya menggerutu kepada orang yang membunyikan klakson karena jalanmu yang lambat padahal itu sudah cepat bagimu, wahai becak. Ternyata saya baru mengerti seberapa kualitas saya yang sebenarnya. Ternyata saya hanyalah orang yang memikirkan diri saya sendiri, tanpa pernah berpikir bahwa orang lain punya hak yang sama.
Terima kasih becak, karenamu saya belajar mengenali diriku sendiri. Mengenali kualitas dari diri ini.
Best regards
PaTLu itu Fahmi
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan jejak anda di kotak ini. Terima kasih atas kunjungan dan jejaknya.