Hidup itu pilihan

Rokok. Apa yang ada dalam pikiran anda ketika mendengar satu kata itu. Bagi beberapa orang rokok adalah racun yang tidak hanya merusak diri sendiri tapi juga merusak orang lain. Bahkan ada pula yang menganggap rokok itu haram. Tapi bagi sebagian orang pula, rokok adalah sebuah kebutuhan. Begitu pula bagi saya. Entah kenapa rokok itu begitu melekat pada diri saya.

Saya mulai mengenal atau lebih tepatnya mencoba rokok sejak kelas 5 SD. Itu berarti sudah lebih dari 12 tahun rokok menemani hidup saya. Rokok pertama yang memerawani bibir saya adalah merek LONGBEACH. Pertama kali rokok hinggap di bibir saya, saya langsung terbatuk dan di tertawakan oleh teman2 SD saya. Itu saya lakukan bersama-sama teman2 SD saya di belakang sekolah ketika jam istirahat.
Rokok kedua yang mampir di bibir saya adalah SUKUN, yang ketika itu sedang ada acara hajatan sunatan teman bermain saya di kampong, saya melakukannya di sebuah bak truk bersama teman bermain saya. Sekitar satu minggu kemudian, ketika di rumah hanya ada saya dan kakak saya yang cowok,herman namanya,saya diseret kakak saya ke dalam kamar. Tubuh saya dicengkiwing (di angkat) ke tembok. Kakak saya mengetahui kalau saya merokok, entah darimana dia tahu, tapi itu membuatnya marah sekali. Saya di tempeleng sebanyak tiga kali.

Memasuki masa SMP rokok masih tetap menjadi bagian dalam hidup saya. Ya, apa yang dilakukan kakak saya ternyata tak membuat saya jera. Masa SMA pun sama, rokok masih menjadi bagian hidup saya, walaupun saya sempat berhenti merokok sekitar 8 bulan, tapi akhirnya saya kembali lagi ke rokok. Memasuki masa kuliah rokok pun tak juga menjauh dari hidup saya, malah di tambah pula dengan kopi. Ya, saya mulai menjadi kopi holic setelah memasuki masa kuliah. Rokok plus kopi, mmmmm kenikmatan yang selalu saya rasakan di pagi hari sebelum saya memulai aktifitas.

Berbicara tentang rokok, saya jadi teringat seorang kawan saya, kawan bermain saya. Rumahnya hanya berjarak 10 m dari saya, dan dia seumuran dengan saya. Faiz namanya. Mungkin dia adalah satu2nya kawan seumuran saya, kawan bermain saya di desa,yang sama sekali tidak menyentuh rokok. Benar2 seorang yang sangat teguh pendiriannya. Padahal di desa saya hampir semua orang laki2 baik yang sudah cukup umur atau pun belum adalah perokok. Lingkungan dimana dia tinggal dan tumbuh besar sama sekali tidak mempengaruhi dia. Saya sendiri sangat kagum padanya. Kagum karena dia mampu bertahan di tengah pusaran para perokok. Sekarang si faiz sudah menjadi anggota si seragam hijau loreng.

Oh, dia memberikan saya pelajaran bahwa meskipun lingkungan itu sangat berpengaruh terhadap pembentukan diri ini, tapi sesungguhnya itu semua kembali kepada diri kita masing-masing. Bahwa tak selamanya lingkungan yang buruk akan menyeret kita menjadi buruk dan tak selamanya lingkungan yang baik akan menjadikan kita baik. Kita selalu disediakan pilihan. Pilihan mengikuti lingkungan atau tidak.

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan jejak anda di kotak ini. Terima kasih atas kunjungan dan jejaknya.

Related Posts with Thumbnails

Komentar paling Anyar

Search


Kata Mutiara

"Hiduplah sesuka hatimu, bukan sesuka nafsumu."

Empoenya Rumah

Foto saya
Ga ada yang sempurna... Akupun masih jauh dari sempurna... Aku hanya manusia biasa yang juga mempunyai ego, amarah, keinginan, kesalahan,,,dan nafsu...

Penunjuk waktu

Followers

Powered By Blogger
Diberdayakan oleh Blogger.

KotaK saling SAPA

Name :
Web URL :
Message :

jumlah pengintip blog